Satupilar.com | Aceh Timur Sosok karismatik Razali, atau yang lebih dikenal sebagai Nyakli Maop, melontarkan permintaan mengejutkan namun sarat makna sejarah: Ia meminta Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, untuk mempertimbangkan pemindahan Monumen Nasional (Monas) dari Jakarta ke Tanah Rencong, Aceh.
Menurut Razali, langkah simbolik ini akan menjadi pengingat bahwa Aceh pernah menjadi wilayah yang sangat berkontribusi besar dalam perjuangan bangsa, baik dalam melawan penjajah Belanda maupun Jepang. Ia menegaskan, Monas sebagai simbol kemerdekaan tidak hanya milik Jakarta, tetapi milik seluruh bangsa Indonesia—dan Aceh punya alasan kuat untuk turut mendapat kehormatan itu.
Lebih jauh, Nyakli Maop menyampaikan pentingnya pendidikan sejarah yang inklusif di tingkat sekolah dasar, agar jasa-jasa daerah seperti Aceh, dan kontribusi nyata masyarakat luar Jawa, tidak terpinggirkan dalam narasi besar Indonesia.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Pernyataan Razali juga dinilai sebagai simbol kritik terhadap sentralisasi sejarah dan simbol negara yang terlalu terfokus di Jakarta. Ia menegaskan bahwa semangat kebangsaan tidak boleh hanya dipusatkan pada satu titik, melainkan harus menyebar agar semangat persatuan tetap hidup hingga ke daerah-daerah.
Meskipun gagasan pemindahan Monas tergolong kontroversial, namun pernyataan ini membuka ruang diskusi lebih dalam soal rekonsiliasi sejarah dan pentingnya memberikan tempat terhormat bagi daerah-daerah yang telah banyak berkorban demi kemerdekaan Indonesia.
Razali berharap Presiden Prabowo dapat mendengarkan aspirasi tersebut sebagai bagian dari pembangunan nasional yang lebih berkeadilan secara sejarah dan psikologis bagi rakyat di seluruh pelosok negeri.
Gagasan pemindahan Monas ke Aceh bukan sekadar usulan logistik, melainkan pesan simbolik dari masyarakat akar rumput yang mendambakan keadilan sejarah dan penghargaan terhadap daerah-daerah yang berjasa. Artikel ini akan diperbarui jika ada tanggapan resmi dari pemerintah pusat.